Kamis, 22 Desember 2011

Teknik Terbaik Untuk Menutupi Kesalahan

Penulis : Dadang Kadarusman

Tak seorangpun suka jika kesalahannya diketahui oleh orang lain. Makanya, setiap kali melakukan kesalahan; kita cenderung menutupinya. Orang yang punya uang berani membayar agar orang lain tutup mulut. Orang yang berkuasa sanggup mengancam saksi mata agar tidak buka suara. Di kantor, orang rela melakukan apapun asal jangan sampai ketahuan atasannya. Ditempat lain, orang menimpakan kesalahannya kepada orang lain. Ada begitu banyak cara menutupi kesalahan. Namun kebanyakan dilakukan dengan cara-cara yang tidak tepat. Padahal, ada teknik terbaik untuk menutupi kesalahan. Yaitu teknik yang bisa dilakukan tanpa melanggar norma. Sudahkah Anda mengetahui tekniknya?
Kisah Kabil dan Habil putra Adam menceritakan tentang sejarah bagaimana manusia belajar menutupi kesalahan yang baru saja dilakukannya. Setelah membunuh saudaranya, Kabil kebingungan; bagaimana menyembunyikan kejahatannya. Kemudian datanglah seekor burung gagak yang mengais-ais tanah dengan cakar dan paruhnya, lalu menyembunyikan sesuatu didalamnya. Manusia pun belajar bahwa ternyata, sebuah kesalahan bisa ditutupi rapat-rapat agar tidak ketahuan. Sampai hari ini, pelajaran dari burung gagak itu melekat erat dalam keseharian kita. Sayangnya, seiring berjalannya waktu setiap kesalahan yang berusaha ditutupi itu satu demi satu terungkap. Hal itu menunjukkan bahwa cara kita menutupi kesalahan belum cukup canggih. Maka kita membutuhkan teknik yang lebih baik dari yang sekedar diajarkan oleh sang burung gagak. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar tentang teknik terbaik untuk menutupi kesalahan, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:

1. Tutupi dengan kemauan melakukan perbaikan. Fahamilah bahwa kesalahan kita adalah indikasi utama bahwa kita harus segera melakukan perbaikan. Ingatlah kembali bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Jika kita melakukan kesalahan maka itu berarti bahwa kita ini benar manusia. Adapun konsekuensi yang harus kita terima akibat melakukan kesalahan itu, ya terima saja dengan lapang dada. Itu sudah terlanjur terjadi. Dan kita mesti secara jantan menjalani segala konsekuensi. Tetapi, semua yang sudah terjadi dimasa lalu bisa ditutupi dengan apa yang kita lakukan saat ini hingga nanti. Misalnya, kita mengenal orang-orang yang dulunya dikenal kurang baik tapi kok sekarang jadi orang yang sangat baik. Fakta bahwa masa lalunya buruk tidak bisa dihapuskan. Tetapi fakta bahwa saat ini dia menjadi orang yang berperilaku baik, bisa menutupi setiap jejak keburukannya dimasa lalu. Di kantor pun demikian. Jika ada orang yang melakukan kesalahan, namun memiliki kemauan untuk melakukan perbaikan, maka dia berpeluang untuk mendapatkan kesempatan. Beda dengan mereka yang sudah salah, tidak mau ngaku, dan terus menerus melakukan kesalahan yang sama. Baik atasan maupun koleganya tidak menyukai sifat seperti itu. Makanya, tidak heran jika orang seperti itu sering tidak mendapat tempat dimana pun. Maka akuilah jika kita pernah melakukan kesalahan dimasa lalu. Dan tutupilah semua kesalahan masa lalu itu dengan kemauan untuk melakukan perbaikan.

2. Tutupi dengan peningkatan keterampilan. Di kantor, sering kejadian atasan kesal karena bawahannya melakukan kesalahan. Namun, dengan kemauan untuk melakukan perbaikan; bawahan itu terus belajar untuk meningkatkan keterampilannya sehingga dia tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Apakah atasannya akan marah lagi dan terus mengungkit-ungkit kesalahannya dimasa lalu? Tidak. Atasannya, akan lebih melihat kinerja dan kemampuannya saat ini. Dan dalam catatan performance appraisalnya tidak keberatan untuk menuliskan bahwa orang itu ‘sudah menunjukkan perbaikan dan peningkatan keterampilan yang signifikan’. Saya bisa mengatakan bahwa semua karyawan pernah melakukan kesalahan yang berkaitan dengan kurangnya keterampilan kerja mereka. Saya, Anda, juga mereka. Kita semua pernah melakukan kesalahan, bukan? Tetapi, kemauan untuk terus meningkatkan keterampilan telah membuktikan bahwa kita bisa menutupi kesalahan dimasa lalu sehingga sekarang, kita dikenal sebagai profesional yang terampil. Jika Anda melakukan kesalahan ditempat kerja tutupilah kesalahan itu dengan teknik terbaik yaitu; meningkatkan keterampilan kerja Anda. Insya Allah, beberapa saat kemudian tidak ada lagi orang yang mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah Anda lakukan. Mengapa? Karena sekarang, Anda sudah menjadi pribadi yang terampil.

3. Tutupi dengan kerjasama dan kolaborasi. Banyak kesalahan yang kita lakukan karena lemahnya kerjasama atau keenganan untuk berkolaborasi dengan anggota team lain. Bukan tidak bisa, tapi ada ganjalan dihati kita. Ujung-ujungnya saling menunjuk hidung. Ada pepatah yang patut selalu kita renungkan; ‘berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.’ Segala tugas berat bisa menjadi ringan jika kita melakukannya dengan penuh kekompakan. Dan ketika pekerjaan berat itu berubah menjadi ringan, kita mempunyai peluang untuk menghindari berbuat kesalahan. Bahkan, ada jenis-jenis pekerjaan yang pasti salah jika kita melakukannya sendirian. Misalnya, pekerjaan yang membutuhkan keahlian lain selain keahlian yang kita miliki. Di kantor, banyak sekali jenis pekerjaan seperti itu. Coba Anda perhatikan, apakah pekerjaan Anda terkait dengan pekerjaan orang lain di team atau departemen lain. Saya yakin, Anda punya jenis pekerjaan seperti itu. Anda tidak bisa menyelesaikannya dengan baik tanpa dukungan orang lain. Sebaliknya, orang lain tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik tanpa dukungan Anda. Jika Anda atau dia ngotot untuk melakukannya dengan judgment masing-masing, bisa dipastikan jika akan terjadi kesalahan. Apakah kesalahan hasil kerja, atau pun kesalahan prosedurnya. Maka bekerjasama dan berkolaborasilah dengan kolega-kolega Anda, karena hal itu merupakan salah satu teknik terbaik untuk menutupi kesalahan.

4. Tutupi dengan kejujuran. Kayaknya agak bertolak belakang ya? Menutupi kesalahan dengan kejujuran. Hmmh, bukankah kalau kita jujur berarti mengakui kesalahan itu? Jika kita jujur kepada diri sendiri, maka kita bisa lebih terdorong untuk berhati-hati. Khususnya atas kesalahan yang berkaitan dengan norma dan moral. Jika Anda tidak pernah korupsi, misalnya. Bukan berarti Anda tidak ingin korupsi, kan? Karena Anda jujur, maka Anda tidak ikutan korupsi. Jika Anda tidak pernah melakukan tindakan maksiat juga demikian. Dorongan untuk melakukannya tetap ada didalam diri kita. Kecuali jika Anda sudah memiliki sifat malaikat yang tidak tergoda oleh nafsu angkara. Selama Anda manusia, Anda tentu pernah dan akan selalu didatangi oleh godaan yang menggiurkan. Tantangannya adalah, apakah nilai-nilai kejujuran itu masih tetap Anda pegang teguh atau tidak. Menjadi orang jujur itu lebih nikmat daripada sebaliknya. Salah satu bentuk kenikmatan itu misalnya; selama hidupnya, orang jujur itu tidak pernah dikejar-kejar oleh perasaan bersalah. Orang jujur juga tidak perlu takut ditangkap polisi. Orang jujur tidak usah khawatir dikejar KPK. Dan orang jujur, bisa menjalani kehidupan pasca pensiunnya dengan hati yang lega. Mari kita berusaha konsisnten untuk menjadi orang jujur. Karena kejujuran kita, bisa menutupi kesalahan. Bahkan sebelum kesalahan itu kita lakukan.

5. Tutupi dengan cctv pribadi. CCTV pribadi? Forget it! Memangnya ada orang yang mau membeli cctv untuk mengawasi gerak-gerik dirinya sendiri? Ngawur. Sayangnya, saya tidak sedang ngelantur. Saya bersungguh-sungguh saat mengajak Anda untuk menutupi kesalahan kita dengan cctv pribadi. Gratis lho. Tidak perlu Anda keluarkan uang untuk membeli kameranya. Lho, kok bisa? Iya. Disisi kiri dan kanan setiap pribadi, sudah ada cameramen yang merekam setiap gerak-geriknya detik demi detik. Selamat! Anda adalah bintang film utamanya. Dalam drama peradilan manusia – konon katanya – video berisi barang bukti bisa raib entah kemana. Tetapi, tidak demikian dengan pengadilan Tuhan. Nggak bisa lagi kongkalikong, Bung. Soalnya, cameramen kita tidak bisa diajak kompromi. Kamera sebelah kanan teguh dengan semua rekaman video kebaikan kita. Sedangkan kamera sebelah kiri kukuh untuk menjaga keaslian rekaman video perbuatan buruk kita. Dan dipersidangan Tuhan, pemutaran perdana premier film itu akan dilakukan. Orang-orang yang sadar keberadaan cctv pribadi ini lebih berpeluang untuk menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan nista. Percayalah, jika Anda berusaha untuk menutupi aib dosa-dosa Anda dihadapan manusia; maka dihadapan Tuhan, semuanya terlihat secara transparan. Tanpa sekat. Tanpa hijab. Baik dan buruknya kita akan kelihatan. Berbusana dan telanjangnya kita, akan terekam selengkap-lengkapnya. Karena meski berhasil menyembunyikannya dari mata manusia, kita tidak bisa bersembunyi dari Sang Maha Menyaksikan.

Ada banyak cara untuk menutupi kesalahan. Sebagian besar diantaranya berasal dari teknik primitif yang diajarkan oleh sang burung gagak. Sudah saatnya kita belajar teknik yang lebih baik agar tidak melahirkan kesalahan demi kesalahan berikutnya. Cara terbaik itu diajarkan oleh para Nabi suci yang merujuk kepada firman Tuhan. Meski para Nabi sudah dipanggil keharibaan Ilahi, kita masih bisa menapaki jejak-jejaknya didalam kitab suci yang mereka wariskan. Maka disana, kita bisa menemukan bahwa sebuah kesalahan bisa ditutupi dengan cara; ’segera bertaubat dan memperbaiki diri’, lalu berupaya untuk ’tidak mengulanginya lagi’. Orang-orang yang mampu meniru cara para Nabi itu, Insya Allah akan menutup hidupnya dalam keadaan husnul khatimah. Yaitu, akhir hidup yang disukai Tuhannya.

Catatan Kaki:
Kesalahan kita mungkin bisa ditutupi rapat-rapat. Tapi tanggungjawabnya akan tetap melekat hingga ke alam akhirat.

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar