Sabtu, 08 Oktober 2011

Ibu Rumah Tangga Ikut Orasi

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Sebanyak 500-an orang yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Butuh Minyak Tanah, menggelar mimbar bebas. Massa yang kebanyakan adalah ibu-ibu ini menggelar orasi di depan pagar Kantor Gubernur Jambi.
Mereka menggelar aksi menolak kebijakan pencabutan subsidi minyak tanah (mitan) dari peredaran yang dikonversi ke tabung gas tiga kilogram. Konversi minyak tanah ke gas dianggap masih berbahaya karena berpotensi meledak. Selain itu, minyak tanah masih dianggap bahan bakar utama untuk masyarakat.
"Kita hari ini demo menolak pencabutan subsidi mitan. Kita minta DPRD dan Pemprov Jambi mendesak Pertamina dan Pemerintah Pusat menunda penghentian penyaluran minyak tanah di seluruh wilayah Jambi," kata Fikri, seorang pendemo dari atas mobil pikap, Rabu (6/10) siang.
Massa semula melakukan orasi di air mancur depan Kantor Gubernur Jambi. Di pelataran air mancur, pengunjuk rasa ini meneriakkan yel-yel berisi penolakan pencabutan subsidi mitan yang nantinya berakhir pada penarikan bahan bakar yang populer di kalangan ibu rumah tangga ini dari peredaran.
Setelah sekitar setengah jam berorasi di jalan, mereka kemudian bergeser dan melanjutkan aksi di halaman kantor DPRD Provinsi Jambi. Lantaran pintu di dijaga aparat kepolisian, ibu-ibu ini orasi di luar.
Massa ingin bertemu anggota dewan. Karena menganggap wakil rakyat tak berniat menemui, mereka mencoba merengsek menembus pagar betis aparat keamanan yang berjaga di depan pintu gedung. Aksi desak bertahan antara dua pihak ini terjadi. Anggota dewan masih juga tidak ada yang menemui pengunjuk rasa, kecuali Gusrizal.
"Kami ingin bertemu bapak kita (anggota dewan, red). Jangan sampai kami mendesak masuk," ujar Fikri.
Namun niat ini tidak terkabul karena anggota dewan tidak mau keluar. "Keluar-keluar...keluar keluar.." teriak pengunjuk rasa. "Kok kami dihalangi," lanjut para pengunjuk rasa sambil berteriak-teriak.
Dalam aksi desak-desakan itu, seorang ibu pengunjuk rasa jatuh pingsan. Ddia kemudian dibawa keluar dari kerumunan massa.
Fitri warga RT 16 Tambaksari yang ikut unjuk rasa mengatakan kebijakan pencabutan subsidi mitan seharusnya tidak dilakukan. Masih banyak ibu rumah tangga memakai mitan. "Di daerah saya banyak sekali yang pakai minyak tanah," lanjutnya.
Dia menceritakan, warga di daerahnya memakai bahan bakar kayu, walaupun sebenarnya tabung gas tiga kilogram sudah dimiliki setelah sulit mendapatkan mitan. "Ada yang pakai arang kayu. Tetangga beli kayu atau arang," ungkapnya.
Mengenai konversi gas, dia mengatakan, warga di daerahnya masih juga takut menggunakan meski sudah mendapat sosialisasi. "Sosialisasi kemarin sudah dilakukan, tapi masih takut juga gunakannya," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar